Cerita Dewasa – Disetubuhi Gara Gara Alkohol
Malam minggu lalu, gue dapat undangan pesta Natal dan Tahun Baru dari Nesya, seorang model foto. Gue kenal dia sekitar 6 bulan lalu waktu gue diajak temen buat ikutan photo session. Entah bagaimana Nesya senang ngobrol denganku sampai membuat peserta lain iri. Selesai acara kami bertukar PIN dan nomer telepon dan kemudian beberapa kali gue diundang oleh Nesya untuk ikutan photo session lagi tetapi dengan halus gue menolaknya. Sehari sebelum Natal, Nesya mengundang gue untuk datang ke pestanya dan dengan setengah memaksa dia memintaku datang. Pesta yang diadakan di rumah Nesya ternyata lebih pada pesta tahun baru ketimbang pesta Natal. Cowok dan cewek yang datang seumuran dengan Nesya dan gue menjadi seperti orang yang tua..
hiikz.. Nesya menyambutku dengan riang dan dia terlihat senang karena gue mau datang. Ada beberapa orang yang seumuran dengan gue dan gue tahu mereka adalah fotografer dan pencari bakat model. Seandainya Nesya tidak memaksa, gue lebih pilih untuk tidak datang karena gue merasa menjadi orang asing disini. Gue duduk menyendiri di sudut meja bar di tepi kolam renang, menikmati alunan musik party dance sambil memperhatikan para party goers. Jam 11 malam telah lewat, beberapa orang sudah meninggalkan pesta tapi kemudian minuman keras mulai beredar. Beberapa teman Nesya berkeliling membawa nampan dengan sloki-sloki berisi tequila, vodka dan whisky. Mendekati tengah malam, pesta mulai berubah menjadi sedikit liar. Beberapa pasangan mulai berpelukan dan berciuman, beberapa orang berjingkrakan mengikuti musik. Saat gue memutuskan pergi dari pesta, seseorang menggaet tanganku. “Mau kemana kamu mas ?”, tanya Nesya, “Bosen ya sendiri ? Sorry banget yaa aku ga bisa nemenin ngobrol”. Gue hanya bisa tersenyum serba salah, “Mau sampai jam berapa pestanya Nes ?”. Pertanyaan basa-basi. filmbokepjepang.com
| “Till drop mas !”, sahutnya sambil tertawa, “Eh, bentar..aku carikan teman yaa, jangan kemana-mana mas !”. Nesya berjalan dengan cepat masuk ke bangunan rumahnya dan gue hanya bisa termangu. Sesaat kemudian Nesya keluar dari bangunan sambil menggandeng seorang gadis. Jantung gue berdebar begitu melihat si gadis, blus berbelah rendahnya sangat memperlihatkan payudaranya yang berisi. “Kenalin mas, ini Gaby.. Gab, ini mas Indra”, Nesya memperkenalkan kami dengan singkat dan kemudian gue julurkan tangan gue untuk bersalaman. Nesya menemani kami sebentar dan kemudian kembali pergi masuk ke bangunan utama. Gue dan Gaby meneruskan mengobrol dan dari caranya bercerita gue tahu kalau gadis ini sudah sepertiga mabuk. Saat nampan berisi minuman mendekat, Gaby mengambil 4 sloki vodka dan mengajak gue untuk menenggaknya, “Ayo mas Indra..cheers”. Diangkatnya gelas sloki pertama dan sekali tenggak hilanglah cairan alkohol bening tersebut masuk ke kerongkongannya, gue terpaksa mengikutinya menenggak vodka itu. “Aseeekk..”, serunya riang begitu isi sloki itu masuk ke mulut gue, “Satu lagi maass..”. Gaby kembali menenggak satu sloki dan memaksa gue menenggak satu sloki tersisa. Saat lagu On the Floor-nya Jennifer Lopez terdengar, Gaby mengajak bergoyang, “Ayoo maas goyaang..kamu cool banget seey ?!”. Dengan sedikit enggan gue ikut menggoyangkan tubuh mengikuti irama musik dan sesekali Gaby merapatkan tubuhnya. Gerakannya itu membuat jantung gue berdebar, apalagi saat payudaranya menekan lengan atau dada gue. Belum selesai lagu On the Floor mengalun, Gaby minta ijin ke gue, “Bentar ya maas..jangan kemana-mana”. Gue pikir dia akan pergi ke kamar kecil, tapi ternyata dugaan gue salah. Gaby pergi ke bar dan tampak membisikkan sesuatu ke bartender. Sekejap kemudian sambil berjalan dan menggoyangkan tubuh, Gaby menenteng sebotol Jack Daniels di tangan kanannya, tangan kirinya menjinjing termos es kecil. “Ayo maas..kita party abiiss”, celotehnya riang sambil meletakkan botol dan termos es di meja.
Gaby kemudian mengambil beberapa batu es lalu memasukkannya ke dalam gelas dan menuangkan Jack Daniels hingga 3/4nya. Girls on fire dari Alicia Keys mulai mengalun saat Gaby mengajak gue menenggak JD. Gue merasa khawatir karena sudah lama gue nggak minum dan kalau mabuk, gue berpikir gimana gue pulang. Lagu demi lagu, gelas demi gelas, Gaby masih berceloteh riang walau semakin sering bersandar ke meja. Gue merasa sudah minum 4 gelas JD dan gue yakin Gaby lebih banyak minum daripada gue. Kepala gue mulai terasa berat, sekali dua kali gue tinggal Gaby untuk pergi mencuci muka. Dentum dance music berganti dengan alunan slow dance, Gaby memeluk pinggang gue dan mengajak berdansa. Saat lagu kedua dimainkan, dia sudah gampir sepenuhnya bersandar di badan gue walau sesekali dia seperti tersadar. Pelukannya makin erat ketika Apologize dari Timbaland mengalun dan Gaby berbisik, “Maas..bobok yuuk..”. Gue terperangah mendengar bisikannya tapi gue sahut bisikannya, “Bobok dimana ? Lagian khan kamu harus pulang, ntar dicari sama ortu kamu”. “Gue ga mau pulang”, sahutnya agak keras yang membuat gue kaget, “Gue pengen bobok pelukan sama kamu maass”. Otak gue yang sudah lelet karena alkohol langsung sibuk berpikir. Sesaat kemudian, gue keluarkan HP gue dan gue on-kan voice recordernya. “Ayoo pulang Gab”, gue mencoba membujuknya. Gaby kembali menjawab dengan sedikit keras, “Gue gaak mauu..gue pengen peluk kamu maass Indraa, gue ngantuuk niih”. “Ini khan bukan rumah kamu Gab, bukan rumah gue juga”, sahut gue lagi. “Gue tahu mas..ini rumah Nesya”, sahutnya. Rupanya walaupun mabuk, Gaby masih cukup sadar dia berada dimana. Saat gue bingung harus bagaimana, tiba-tiba Nesya sudah berdiri di belakang gue. “Naah ini dia..Nes, gue pinjem kamar doonk”, kata Gaby saat dia melihat Nesya. Gaby kemudian melangkah mendekati Nesya dan kemudian membisikkan sesuatu. “Mas, ayo ke dalam”, ajak Nesya. Seperti kerbau dicocok hidung, gue berjalan mengikuti Nesya sementara Gaby menggelendot di pinggangku. “Gaby pengen bobok sama kamu tuh mas..”, kata Nesya sambil tersenyum. Gue cuma bengong. “Udah gak apa-apa, santai ajaa mas..ntar pakai kamarku aja”, Nesya meyakinkan gue, masih dengan senyumnya yang sedikit jahil. Saat kami bertiga mendekat ke kamar tidur Nesya, seorang gadis menyapa, “Eh, mau pada kemana ?”. Gadis ini juga sudah mabuk, “Aku ikut doonk”. Nesya tertawa terkikik, “Ayooh..”, kemudian dia berkata pada gue, “Waah, mesti ngelonin 2 cewek mas..”. Gadis ini menggenakan tube dress ketat yang memperlihatkan lekuk tubuh yang indah. Penis gue berdenyut dan terasa makin menegang. Kami berempat masuk ke kamar tidur Nesya, lalu sang tuan rumah berkata padaku, “Pake aja kamarku ini mas, sorry rada berantakan. Aku mau closing sama beresin pestanya”. Nesya kemudian keluar dari kamar dan menutup pintu. Gaby menarik gue ke ranjang, dia melepas sepatu dan kemudian membuka kaitan gaun di punggungnya. Gaunnya melorot turun dan tubuhnya yang sintal hanya ditutupi half cup bra dan g-string. Gaby kemudian melepaskan kancing-kancing kemeja gue dan kemudian ikat pinggang. Sesaat kemudian, kami berdua sudah telanjang bulat di atas ranjang. Gaby mencium bibirku dengan penuh nafsu, tangan kirinya menggenggam batang penisku yang telah mengeras. “Fuck me mas..”, desisnya lirih. “Kamu serius Gab?”, gue bertanya dengan ragu. HPku masih merekam semua perkataan sejak dari pinggir kolam. “Pliss maasss, fuck me..”, Gaby mendesah dan kemudian merebahkan dirinya di ranjang dan kedua kakinya membuka. Gue posisikan tubuh gue diatas tubuhnya, Gaby menggenggam penisku dan dituntunnya masuk ke bibir vaginanya. Saat gue tekan pinggul gue, penis gue yang sudah mengeras merangsek ke dalam liang vagina Gaby. Gaby menjerit pelan, “Ouuhff..masukin yang dalam mas..masukin”. Gue setubuhi Gaby yang masih dalam kondisi mabuk, mulanya dengan tempo lambat dan kemudian semakin cepat. Sekitar 10 menit kemudian gue merasa kelelahan karena efek alkohol lalu gue perlambat tempo. Tak berapa lama kemudian tubuh Gaby menegang dan dia melenguh dengan keras. “Ouuhff, maassss…guee, ouufffh, gueee…oouugghh, udaaah maas..ooufh”, sesaat kemudian tubuh Gaby melemas dan yang mengagetkan adalah dia jatuh tertidur yang tentunya karena efek alkohol. “Ouuh shit”, gue menggumam karena gue belum orgasme, penis gue juga masih menegang kencang. Tiba-tiba gue teringat akan si cewek bergaun tube dress yang ikut masuk ke kamar tidur Nesya. Gue menoleh dan ternyata si gadis duduk menyandar di sofa. Gue dekati si cewek, kemudian gue cium pipinya sambil gue remas dengan lembut payudaranya, “Haii..”, gue sapa dia dengan perlahan. Cewek ini kemudian membuka matanya dengan malas tapi dia membalas sapaan gue, “Haii jugaa…”. Kedua tangannya memegang pipi gue dan kemudian bibirnya memagut bibir gue. Gue buka ritsleting tube dressnya, jantung gue berdebar dengan kencang ketika melihat tubuhnya yang putih dengan payudara yang tegak kencang. Dia kemudian menggenggam penis gue sementara gue berusaha melepaskan tube dressnya. Sama dengan Gaby, tak butuh lama untuk menelanjangi cewek ini. “Nama kamu siapa say ?”, tanya gue perlahan. “Chaca, kamu ?”, sahutnya sambul bertanya nama gue. “Indra”, lalu gue cium bibirnya dan tangan-tangan gue meremas payudara dan pantatnya. Setelah gue merasa cukup bermain-main, gue atur posisi tubuh Chaca untuk posisi doggy style. Seperti yang tadi gue lakukan dengan Gaby, gue mulai dengan irama perlahan dan makin lama makin cepat. Tubuh Chaca bergoyang terhempas setiap kali penis gue menusuk masuk vaginanya. Semakin lama vagina Chaca semakin basah dan dia mulai melenguh dengan keras. Sedikit bosan dengan posisi doggy, gue balik tubuh Chaca, sekarang dia dalam posisi duduk di sofa dengan kedua kaki terangkat keatas. Tak butuh lama, ketika gue merasakan denyut-denyut sperma mulai mengalir keluar dari kantung biji zakar gue. Gue cabut penis gue dan gue kocok sedikit penis gue dengan tangan. Tiba-tiba Chaca menyingkirkan tangan gue, kedua tangannya sekarang memegang penis gue dan kemudian penis gue masuk ke dalam mulutnya. “Ouughhhh…”, gue mendesah saat sperma gue muncrat keluar. Chaca menelan semua sperma gue dan kemudian menjilati penis gue. Setelah puas, dia kemudian merebahkan diri di sofa. Gue ambil kimono mandi milik Nesya dan saat akan gue selimuti, Chaca telah jatuh tertidur. Saat itu gue baru merasakan kalau kamar Nesya sangat dingin dan gue segera naik ke ranjang. Gue selimuti Gaby yang kemudian memunggungiku. Kepala gue terasa berat dan demikian juga kedua mata gue, hanya hitungan detik kesadaran gue hilang. Entah berapa lama gue jatuh tertidur, ketika gue merasa ada kepala menindih dada kanan gue. Samar-samar gue mencium bau parfum Nesya, juga ada gundukan payudara yang terasa menekan iga gue. Tapi efek alkohol yang masih berat membuat gue hanya bisa bertanya lirih, “Nesya ?”. Dan gue merasa mendengar jawaban, “Iyaa, mas Indraa..boleh ya aku minta peluk ?”. Gue rangkulkan tangan kananku ke pundak Nesya dan aku kembali jatuh tertidur. Gue terbangun karena lengan kanan gue terasa kesemutan, saat membuka mata terasa kepala gue masih berat. Perlahan gue menyadari kalau kepala Nesya menindih lengan kanan gue dan kemudian gue juga menyadari kalau Nesya juga tidur dalam keadaan telanjang, payudaranya yang padat masih menekan pinggang gue. Gaby masih tidur di sebelah gue, sekarang dalam posisi terlentang dan sebagian dadanya tidak tertutup selimut.